Rabu, 11 Desember 2019

Kajian Islam Ilmiah: Nikmatmu Kau Pergunakan Untuk Apa

Mari menuntut ilmu agama bersama Ustad Abu Zakariya Andi Hafizahullah. Catat tanggal & lokasinya ya..

The Power Of Mind Set


THE POWER OF MINDSET


Bismillahirahmannirahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Alhamdulillahirabbil 'alamin, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam.  Pembaca yang insya Allah senantiasa dirahmati Allah Subhanahu Wata’ala, akhir-akhir ini bangsa Indonesia sedang dihebohkan oleh berbagai macam berita, ada berita tentang rasisme, demonstrasi, gempa bumi , kebakaran hutan, kekeringan, dan lain sebagainya. Ketika kita menerima berbagai macam berita tersebut, akan mempengaruhi cara berpikir, bertindak, bertutur  hingga mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan menentukan pilihan, bahkan dapat mengubah karakter dan kepribadian seseorang. Dalam kajian psikologi hal itu disebut mindset (baca: Pola Pikir). mindset adalah aktor penting dalam kehidupan pribadi seseorang. Mindset juga dapat menjadi salah satu sebab gagal atau berhasilnya seseorang dalam menjalani kehidupan.
Penulis dalam hal ini, menemukan bahwa islam menunjukkan atau menuntun kita dalam membangun pola pikir (mindset) yang positif dengan cara sebagai berikut:

1.      Menjaga Hati
Sebelum membangun pola pikir yang positif maka langkah paling awal adalah menjaga hati. seperti halnya  perkataan Nabi Salallahu ‘alaihi wa sallam, dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). Berdasarkan hujjah ini maka hendaknya sebagai seorang muslim dalam membangun pola pikir yang positif, maka perlu menjaga hati tetap bersih dan terhindar dari segala macam penyakitnya.

2.      Membangun kebiasaan Skeptis
Dalam kehidupan sehari hari kita tidak dapat terlepas dari lintasan berita dan informasi, yang mana lintasan berita dan informasi tersebut tentunya mempengaruhi kita dalam berfikir dan bersikap. Berkenaan dengan  hal itu, maka langkah kedua dalam membangun pola pikir yang positif adalah dengan menjadi pribadi yang skeptis.  hal ini dapat disandarkan pada qalam Allah azza wajalla yaitu “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6)
3.      Berbaik Sangka
Pola pikir yang positif bisa kita bangun dengan sangkaan yang baik, terutama kepada Allah rabbul alamin. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, 'Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diriKu. Kalau dia mengingatKu di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675)
Berprasangka baik menjadikan pola pikir kita senantiasa terjaga dan terhindar dari rasa khawatir dan cemas yang berlebihan yang dapat menjerumuskan kita pada pikiran subhat

4.      Belajar dan terus Belajar (Ilmu Agama)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 308).
Hanya orang yang memiliki sifat takut kepada Allah-lah yang kemudian senantiasa berusaha untuk menjaga pikirannya dari hal hal buruk (negative) dan hanya untuk digunakan untuk kebaikan (pola pikir positif)

Pola pikir yang positif adalah modal, pola pikir yang positif adalah kekuatan. sebagaimana yang telah dicontohkan oleh  teladan kita, Nabi Muhammad Salallahu alaihi Wa sallam bagaimana menjadi insan yang memiliki pola pikir positif tergambar dalam riwayat hadits dari Abu Umamah radhiallahu anhu berkata, “Sesungguhnya telah datang seorang pemuda kepada Nabi Salallahu alaihi Wa sallam seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.’ Para sahabat pun segera mencelanya begini-begitu (kalimat cercaan). Nabi shalallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya, ‘Kemari, mendekatlah!’ Pemuda itu pun mendekat, duduk di samping beliau. Nabi SAW kemudian bertanya, ‘Apa engkau suka menzinai ibumu?’ Dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, Allah menjadikanku enggan padanya. Tidak seorang pun sudi menzinai ibu sendiri. ’Nabi Salallahu alaihi Wa sallam bertanya lagi, ‘Apakah engkau suka menzinai anakmu?’ Dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah, Allah menjadikanku enggan padanya. Tidak seorang pun sudi menzinai anak sendiri.’ Nabi Salallahu alaihi Wa sallam menanyakan lagi, ‘Apa engkau suka menzinai saudara perempuanmu?’ Dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, Allah menjadikanku enggan padanya. Tidak seorang pun sudi menzinai saudara perempuan sendiri.’ Nabi Salallahu alaihi Wa sallam menanyakan lagi, ‘Apa engkau suka menzinai bibimu?’ Dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, Allah menjadikanku enggan padanya. Tidak seorang pun sudi menzinai bibi sendiri.’ Kemudian, Nabi Salallahu alaihi Wa sallam meletakkan tangannya di atas kepala pemuda itu, seraya berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkan hatinya, dan jagalah kemaluannya.’ Pemuda itu pun tidak berminat pada zina lagi.” (HR Ahmad).
Dari hadits tersebut kita dapat menilai bagaimana pola pikir positif Nabi menjadi modal dan kekuatan Nabi dalam berdakwah. Nabi tetap menanggapi masalah tersebut dengan hati yang bersih. lalu nabi tidak mencela, malainkan berpikir skeptis dengan memberikan gambaran, bagaimana jika keadaan itu menimpa pada si yang bertanya. Nabi tetap mengutamakan rasa empati, menunjukan dan mengajarkan kasih sayang kepada siapapun bahkan kepada orang yang ingin berbuat maksiat. Bahkan di akhir riwayat hadits, Nabi Salallahu alaihi Wa sallam  mendoakan kebaikan bagi orang tersebut. Semoga kita dapat menjadi pribadi yang memikliki pola pikir (mindset) yang positif dan menggapai kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat. Aamiin
Allahualam