Senin, 20 Mei 2013

Free Dive dan Psikologi

Sembilan tahun saya berkecimpung di dunia Psikologi, tidak membuat saya lelah atau bosan. Selalu ada hal dan pengalaman baru yang saya dapatkan. Terlebih beberapa tahun belakangan saya mengenal dan mempelajari Transpersonal Psychology. Mempelajari Transpersonal Psychology membawa berbagai perubahan dalam hidup saya. Transpersonal Psychology bukan topik baru dalam dunia Psikologi. Abraham Maslow pada akhirnya merevisi Hierarchy of Need 11 tahun kemudian setelah ia pertama kali menyampaikan teori tersebut, Victor Frankl lolos dari neraka kamp Nazi di Auschwitz serta ada pula guru besar Psikologi dari Indonesia, Hana Djumhana Bastaman yang menterjemahkan Logotheraphy ke dalam khazanah ke-Islam-an, semua menjurus pada satu titik yaitu Tuhan. Energi terbesar Transpersonal Psychology adalah kebermaknaan hidup. Saya rasa tidak ada yang menyangkal bahwa hidup ini cuma sebatas usia apabila dijalani tanpa makna (meaningless). Transpersonal sendiri sebenarnya merupakan "petunjuk" untuk mencapai kebermaknaan hidup. Secara pribadi saya mendefinisikan, "trans" pada kondisi ambang antara kesadaran dan ketidak sadaran sedangkan yang menjadi medianya adalah (1) nafas. Misalnya dalam Sholat, Yoga, Meditasi dan sebagainya, nafas adalah salah satu cara untuk mencapai ketenangan dan kedamaian. Selanjutnya adalah (2) gerakan, dalam sholat ada yang namanya tuma'ninah  yaitu melakukan gerakan dengan tidak tergesa-gesa sehingga betul betul dapat diresapi. Begitu pula dalam Yoga, tidak ada gerakan yang dilakukan dengan tergesa-gesa, semua unsur gerakan punya efek dan makna. Yang ke (3) yaitu penyerahan diri. Menerima dan sadar bahwa kita tidak ada apa-apanya. Semua kemampuan yang kita miliki hanyalah izin dari Tuhan. Maka ketiga unsur Transpersonal Psychology ini yaitu Nafas, Gerakan, dan Penyerahan diri dalam free dive secara utuh saya maknai sebagai "Total Immersion".