Minggu, 06 September 2009

Tribute to Dhipta & Dema " The Journey" (2)


Pemotretan sesi pertama dibelakang kuburan yang (cukup) menguras keringat karena harus gondol gondol sepeda onthel meniti jalan sawah dan rimbunnya pepohonan bambu tidak mengurangi kesenangan ku di ponorogo.

Ponorogo adalah kota kecil yang bagi ku sungguh mengesankan. Salah satunya karena budaya "ngopi" yang tiada habisnya, dari pagi.. Ketemu pagi lagi.. Mengagumkan bukan? Hehehe

Hmmm begini maksudku. Di kota kecil ini, masarakatnya dari muda ampe tua, sangat senang ngopi di warung kopi tentunya. Sangat mudah ditemui warung kopi di ponorogo. Bangunannya sederhana, bahkan kalo kita orang baru, yang baru pertama kali melihatnya terkesan jelek, asal asalan, ukuran warungnya tak besar, paling paling 3x5 meter, kursinya reot, gelasnya sompel, menunya cuma kopi.. Untung untungan kalo ada gorengan dan rokok. Kalo penuh, mesti lesehan diluar.. Atau dimana saja suka. Tidak istimewa bukan? Hmm lalu, what is the special of the warkop? Atau budaya ngopi tersebut? Kopinya kah? Hmmmm no no no...

Kalo menurut ku... Kalo kopi mah, selera ya, yang dalam kamus perutku cuma ada kata enak dan enak banget (terkecuali tahu petis hihihihi), kopi di ponorogo standar lah.. Yang buat istimewa adalah person who is yang sedang ngopi and the obrolan warung kopi yang tiada jenuh jenuhnya... Hahahaha...

Hmmm lagi lagi perlu kujelaskan lebih rinci, begini maksudku. Sekarang aku tanya kalian, anggap saja kalian suka ngopi ya.. Berapa lama kalian menghabiskan kopi kalian? 10 menit? 20 menit atau 30 menit paling lama? Hmmm lalu sama siapa kalian ngopi? Teman? Pacar? Atau sendirian.. Bagi mereka diponorogo begini jawabnya..

Mereka bisa ngopi dari warung kopi buka alias dari pagi sampe menjelang lohor.. Berapa gelas kopi yang mereka habiskan untuk waktu selama itu? 1 (satu) gelas saja ! Bahkan mereka baru pulang ketika akan boker saja, atau mendadak ada panggilan tugas atau job dadakan...

Belum cukup menjawab.. Lalu apakah begitu saja? Nggak dong.. Abis boker atau ada tugas dadakan, tetep... Balik lagi ke warung kopi... Bahkan sebelum tidur, ada baiknya ngopi dulu hingga warung tutup atau tunggu di usir penjaga warungnya mantab kan! Hahahahaha..

Menjawab pertanyaan ke dua, mereka ngopi sama teman kantor, teman bengkel, teman main togel, teman baru, bapak pejabat, anak pejabat, anak tukang, pelajar, dan aktivis ngopi lainnya dan aktivitasnya cuma ngobrol.... Bayangkan ! Ngobrol apa mereka selama itu, dan setiap hari? Hahahahaha

Apakah kalian sudah mulai menemukan keiistimewaannya?

Hmmmm.... Terus terang ini fenomena.. Hmmm sedikit studi komparatif (sok ilmiah) di tempatku juga ada fenomena yang semacam ini, tapi kayaknya gak maniak ekstrim mampus kayak gini.. (hmmm hop hop hop... Waduh sayang banget aku nggak nemu foto ku yang lagi ngopi di ponorogo.. Jadi belum bisa berbagi gambar... so, aku kasi liat foto lainnya yang menyangkut kunjungan ku di ponorogo aja yah hehehehe maaph)

Hmmm jadi panjang lebar menceritakan budaya ngopi deh hehehe... beberapa tempat ngopi asik di ponorogo yang aku sarankan adalah, di pasar (lupa nama pasarnya) kalo siang hari. Kalo malamnya di deket alun alun atau di jalan baru sambil makan pecel sama kalo mau cuci mata, soalnya penjaja warung kopinya adalah anak anak cewek SMA yang masih lugu lugu sekaligus centil kalo ngeliat cowok cakep dikit hu, parah (siapa yang parah?) hahahahaha.

Ponorogo, sudah beberapa kali aku kunjungi. Saat pertama adalah ketika berlangsung festival reog nasional tahun 2007 bulan sura.. Kira kira bulan januari. Hunting foto bersama teman teman ku dari LPM Himmah UII. Kunjungan berikut dan berikutnya masih dalam rangkaian hunting foto. Memang banyak hal menarik yang dapat diabadikan disana.

Selain kopi, makanan di ponorogo juga maknyus maknyus dan tergolong murah. Yang khas adalah sate ayam ponorogo, lalu ada nasi pecel, dan satu lagi yang nggak terlewatkan adalah balungan, alias tulang sapi rebus segede gambreng yang dimakan pake dua tangan sambil di hisap srrruuuup dengan kuah kental… hmmmm yummy, dijamin pasti bikin program diet jadi berantakan hahahahaha.

Haaah, lebih kurang begitulah hari hari kulewatkan di ponorogo. Bersiap untuk sesi pemotretan selanjutnya dipacitan, yang pasti lebih seru. Karena ada tambahan dua orang fotografer yaitu Aik dan Opin. Tunggu kisahnya

Nb: budaya ngopi di ponorogo memang sangat kental, sekental kopi hitamnya, namun tidak semua orang diponorogo menghabiskan hidupnya di temaram warung kopi. Yang ibu ibu tetap di dapur, anak anak tetap sekolah, pemudanya tetap kerja (bagi yang kerja), dan bapak bapak tetep ngantor (bagi yang ngantor). Kalo nggak ada, cari aja di warung kopi. Pasti nemu hahahahaha.

1 komentar:

Jidat mengatakan...

waah salam kenal mas, saya suka foto foto juga asli ponorogo yang sekaarang lagi tinggal di madiun. suka deh baca artikel diatas, sangat jujur dan apa adanya.
ayo kapan2 hunting di warung kopi ponorogo. deal? :)

Posting Komentar