Sabtu, 19 September 2020

SAHABAT YANG BERCERAI (Based on True Strory)

 

Bismillah,

Ini adalah sedikit kisah dari sekian banyak kisah yang mungkin sama atau lebih tragis dari apa yang akan saya ceritakan. Saya memiliki seorang sahabat, periang, enerjik, dan ramah. singkatnya easy going lah. Dia menikah dengan orang yang ia cintai dan tidak dikarunia anak. Kehidupan rumah tangga berjalan dengan “biasa saja”, kedua-nya sama-sama berkarir dan itu lumrah pada kehidupan masa kini. masing-masing pasangan saling men-support satu dengan yang lainnya untuk dapat memiliki keturunan. Dengan upaya-upaya pemeriksaan kesehatan dari yang sederhana sampai yang canggih, keduanya sehat, clear tidak ada yang “menghambat”. Bahkan sahabat saya juga ”mengamalkan” obat atau suplemen tertentu yang barangkali bisa membantu kesuburan dan sebagainya.

Hingga rumah tangga berjalan sekitar enam atau tujuh tahun permasalahan-permasalahan yang agak serius mulai terjadi. Tema-tema tentang keinginan memiliki keturunan tampaknya tidak dapat terbendung hingga isu Pasangan Idaman Lain (PIL) alias selingkuhan akhirnya mencuat. Biduk rumah tangga itupun pecah, sang pasangan menikah siri dengan idamannya dan bahkan dikarunia anak. yang bikin gemas, perselingkuhan itu diawali dengan bercandaan dengan teman sepekerjaan. Lalu merasa “tertantang”. Pertengkaran tak terelakkan, bahkan diwarnai dengan KDRT. Tidak tahan, mereka pun sepakat bercerai.

Saya memahami kondisi sahabat saya, perjuangan mengembalikan kepercayaan diri tentu tidak mudah, lebih-lebih untuk membangun mental dan perasaan bahagia dalam menjalani sisa waktu kehidupan.

Qadarullah, cobaan tidak berenti sampai disini. Beberapa bulan belakangan, sahabat saya merasakan ada yang tidak beres dengan perutnya, dan melalui pemeriksaan dokter ternyata di rahimnya terdapat tumor dan kontan harus diangkat. Rasanya belum lama badai perpisahan melanda, dan sekarang harus menghadapi kenyataan untuk mengangkat tumor yang ada dirahim.

Alhamdulillah ala kulli hal. dokter berhasil mengangkat tumor yang berada di rahim, meski rahim itu tidak sempurna lagi, tapi kesempatan untuk memiliki keturunan kemungkinan masih ada. Sekarang ia masih berjuang, memoles luka dan membangun kepercayaan diri kembali. Umur-nya masih tergolong belia, namun sangat gagap bila berbicara tentang membangun hubungan kembali. Mengingat kegagalan rumah tangga dan rahim yang tak sempurna lagi. Subhanallah, dalam situasi pelik sekarang ini, karakter enerjik, periang, dan ramah tetap terpancar dari wajahnya, seolah saya melihatnya tanpa masalah, tapi entahlah didalam hatinya yang telah luruh redam.

Teruslah berprasangka baik kepada-Nya. Boleh jadi apa yang kita anggap buruk, ternyata itu baik diadapan Allah dan sebaliknya. Teruslah memantaskan diri dengan niat karena Allah, insya Allah semua akan tergantikan dengan yang terbaik. Allah sudah menyampaikan kepada kita dalam Al Quran surat Al-Insyirah ayat 5-6 "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." Yakinlah !