Saya lahir di pulau Kalimantan, beruntung karena di
anugerahi berbagai kekayaan alam, salah satunya adalah sungai. Sungai
dikalimantan besar-besar, sebut saja sungai Kapuas, tentu sudah pernah dengar
kan. Sungai di kampung saya namanya sungai Melawi, lebarnya kurang lebih 800 m,
airnya berarus dan berwarna cokelat. Sungai yang besar begini, biasa kami sebut
dengan laut. Aktivitas yang saya
sukai sejak kecil tentu saja mandi di sungai. Melompat dari atas pohon pelam, main kejar-kejaran dan main petak
umpet di sungai. Untuk permainan kejar-kejaran, kemampuan yang mendukung antara
lain adalah menyelam dan kecepatan beranang. Kemampuan menyelam sangat penting
untuk menyergap target. Karena cukup sulit untuk menyergap apabila lawan
memiliki kemampuan berenang yang cepat. Menyelam juga dapat digunakan untuk
menghindar. Air sungai yang cokelat, memungkinkan kita menghilang saat menyelam. Menyelam bukan sembarang menyelam, tapi
menyelam mencari tempat perlindungan atau menyelam selama-lamanya sampai yang jadi (si pengejar) pergi. Berbeda lagi
kalau bermain petak umpet Kemampuan yang mendukung permainan ini adalah
kamuflase dan bersembuyi. Biasanya tempat favorit untuk bersembunyi adalah di
bawah jamban. Jamban adalah bangunan yang mengapung di atas sungai. jamban
mengapung dengan beberapa batang kayu besar, dan di atas batang-batang kayu
tersebut di susun papan sebagai lantai dan satu pondokan sebagai WC. Lebih
kurangnya visualisasi jamban seperti rakit yang besar. Tidak mudah untuk bersembuyi di batang jamban.
Jarak antara batang kayu yang menopang jamban sangat rapat, belum lagi
ditumbuhi lumut-lumut hijau. Gelombang yang muncul akibat kapal motor yang
lewat, bisa membuat jamban bergoyang hebat. Strategi selanjutnya adalah
melakukan kamuflase di antara tumbuhan semak air. Untuk melakukan kamuflase di
tumbuhan semak air, kita harus meminimalkan bagian tubuh yang muncul
kepermukaan. Biasanya hanya sedikit bagian kepala dan hidung untuk bernafas
saja yang muncul kepermukaan. Wah seru sekali jika mengingat masa-masa itu.
Tidak ada yang cidera karena aktivitas kami di sungai. paling-paling kami di pelasah (di pukul) mamak karena lupa waktu mandi di sungai sampai adzan magrib
dikumandangkan.
Berbelas tahun kemudian ketika saya mengenal selam bebas
pertama kali, saya teringat masa kecil saya di sungai Melawi itu. Selam bebas
atau yang kini popular disebut free dive,
mula-mula di adopsi dari kegiatan orang-orang kampung di pesisir laut atau
sungai. Di Indonesia, yang terkenal ialah suku Bajo. Ke-bebasan dan keluguan aktivitas
selam bebas inilah yang kemudian membuat para pecinta olah raga selam tertarik untuk
mempelajari selam bebas. Seiring semakin populernya selam bebas, olah raga ini
kian memasyarakat ke segala lapisan masyarakat. Peralatan-peralatan selam bebas mulai
bermunculan, teknik-teknik menyelam juga sangat beragam, sertifikasi pun di
adakan, kompetisi-kompetisi dan mepecahan rekor pun diperlombakan, tidak
ketinggalan berbagai kabar berita tentang kejadian-kejadian yang menimpa para
pelaku selam bebas ketika melakukan aktivitasnya seperti cidera sementara atau permanen biasanya pada
organ telinga dan keseimbangan, sampai merenggut nyawa karena black out.
Selam bebas jadi banyak kepentingan. Kepentingan penyedia
alat, tentu saja ingin alat-alatnya laku, dan konsumen dipacu untuk membeli
dengan rasionalisasi alasan ini dan itu. Kepentingan pihak sertifikasi pun
ingin lembanganya menjadi kredibel dan tentunya profitable, sama saja, selalu
ada alasan rasioanl untuk meramaikan sertifikasi, dan tentu saja prestisius bagi
yang mendapat sertifikat. Menciptakan rekor menjadi kepuasan dan sebagainya.
Semua kepentingan beralasan dan tidak salah, alat memang banyak kegunaan,
sertifikasi itu menunjukkan kemampuan seseorang, dan sebagainya-dan sebagainya.
namun itu semua bukan menjadi jaminan mutlak. Fenomenannya adalah, seiring
dengan banyaknya kepentingan-kepentingan yang menyertai aktivitas selam bebas
maka semakin tinggi juga resiko yang dapat terjadi, black out dan cidera bisa
menimpa siapa saja. Selam bebas kehilangan ke-bebasan dan keluguannya, kehilangan
akar dan asal-usulnya. It’s a big deal.
Keputusan berada pada pundak masing-masing pelaku selam bebas. Apa yang
diinginkan, selam bebas dengan
berbagai kepentingan ataukah merasakan bebasnya menyelam, ya..
seperti dari mana selam bebas itu berasal, dari kampung, dari tempat seperti
anak-anak sungai melawi dan anak-anak suku Bajo berasal. FREE freedive !. Salam satu nafas :)