Minggu, 13 September 2009

Dieng Trip (2) Habis


Meralat cerita sebelumnya, yang kebelet B.A.B adalah Bob. hehehehehe. aku baru inget, itu adalah penyakit Bob yang paling utama di pagi hari.
Menurut informasi, jika ingin ke telaga Warna bagusnya pagi. sekitar jam delapan hingga tengah hari. Warna air danau akan terlihat bedanya ketika diterpa sinar matahari.
Jam 04.30 kira-kira kami dibangunkan. Rasanya malas sekali, udara dingin membuatku enggan meninggalkan nyamannya selimut. Tapi rasanya tak boleh begini, liburan tak boleh hanya tiduran. Perlahan aku bangkit dan membiasakan suhu luar dengan suhu badan.
Gerakan-gerakan senam kecil aku lakukan, agar darah mengalir segar dan energi memancar. Siap punya siap, akhirnya kami benar benar siap jam setengah enam. sudah termasuk ritual Bob di pagi hari, hehehe. Dan kami segera meluncur ke bukit Sikunir.
25 menit kemudian kami sampai di tempat tujuan, namun bukan semata mata bisa langsung melihat matahari terbit. Kami harus treking dengan derajat ketinggian 40-60 derajat kira-kira ditempuh 20-30 ,menit.
Ketika kami treking, ternyata orang lain udah pada turun. Telak jika ritual menikmati Sunrise telah usai hahahaha. Tapi tak mengapa, ibarat pepatah, tak ada rotan akar pun jadi, kami tetap melanjutkan
pendakian, dan Viola ! kami sampai dan sang surya telah terang benderang melewati cakrawala hahahaha. Luar biasa, walaupun demikian kami tak menyayangkan, karena pemandangan tetap indah untuk di
saksikan.
Hamparan langit biru, kabut perlahan turun mencair bertemu daun daun. keindahan Dieng makin menjadi terlihat dari tempat yang semakin tinggi. Lagi, kami menyaksikan keindahan ciptaan ilahi.
Puas menikmatinya kami pun turun perlahan. Dalam perjalanan, sekali lagi kami menyaksikan sebuah keindahan dataran tinggi yang tak terbantahkan, Danau Cebong. Ya, begitulah namanya.
Danau Cebong Terletak di kaki bukit Sikunir, kami memang tak sempat mendekat, hanya mengabadikan beberapa gambar sebagai latarnya, dan kami melanjutkan perjalanan. Sesuai rekomendasi, rute berikutnya adalah objek utama wisata dataran tinggi dieng, walaupun menurutku tak ada yang lebih utama, karena kesemua tempat wisata di dieng adalah utama dan wajib di kunjungi. Adalah Telaga Warna, air yang memiliki beberapa macam warna dalam satu warna sekaligus. Mantabkan. Biru, hijau, putih, merah.. begitulah kira kira
Cukup lama kami menghabiskan waktu di telaga warna, bersantai menikmati suasana. Sebenarnya telaga di Telaga warna ada rute yang mana jika kita mengikutinya maka kita akan mengitarinya, namun karena kesepakatan bersama maka kami urungkan, mungkin kunjungan berikutnya.. semoga hehehehe.Hari menjelang siang, jadwalnya hari ini kami pulang, karena besok akan melanjutkan rutinitas kesibukan.. Kembali ke penginapan A.K.A losmen Bu Jono, kami mengemasi barang bawaan. Bungkus indomi dan minuman sachetan berserakan, ulah kami, kamar jadi berantakan hahahaha. maklum, semua yang ada kami manksimalkan demi penghematan hehehehe..
Setelah makan, kami pun meninggalkan Dieng dengan kesan memuaskan. Masih terfikirkan olehku apakah suatu saat Dieng dilirik militer untuk dijadikan Pangkalan Militer..? semoga jangan, sayang sekali jika alam yang begitu menakjubkan harus tunduk dibawah kekuasaan militer.
Saat pulang kami melewati rute yang sedikit berbeda. Dari Wonosobo kami tak melewati temanggung tapi lewat jalur alternatif yang mana nantinya menuju borobodur.. lumayan, memangkas waktu kira kira satu jam perjalanan.
Hhhaaaahh... terbayar sudah penat dan lelah kami dengan liburan yang tak terlupakan.. sampai ketemu di perjalanan lainnya..
Salam rindu kawan: Kiki, Bob, Diko, dan Topan... sukses selalu guys... :)

Selasa, 08 September 2009

Dieng Trip (1)

9 April 2009: perjalanan empat sekawan menuju salah satu dataran tinggi termasyur di nusantara "Dieng Plateau" atau yang lebih dikenal dengan dataran tinngi Dieng. Adalah Aku, Muhammad Sidiq, Taufan Prabowo, dan Rizky "Bob" Aditya.
Kejenuhan akan rutinitas, kesumpekan kota, dan geliat hedonism keseharian membuat kami memutuskan untuk LIBURAN.. ! Begitulah sederhananya. Ya, Dieng adalah tujuannya. Lama telah kami rencanakan, dan baru terealisasi saat pemilu legislatif dilaksanakan. Bukannya bermaksud untuk terang terangan GOLPUT, namun hasrat untuk liburan benar benar tak tertahankan.
Waktu itu masih pagi sekali, saat kami mulai berlari mengejar waktu untuk sampai ketempat tujuan. Matahari rasanya masih enggan meninggalkan peraduan, nyaman oleh buaian kabut dingin yang menyelimuti keheningan.
Sedari malam kami sudah sibuk menyiapkan perlengkapan, dari mulai pakaian, makanan, dan pastinya kamera untuk mengabadikan momen yang tak terlupakan.
Kami memang belum mengenal medan yang akan kami tempuh, jadi persiapan berdasarkan pengalaman, khususnya pengalamanku waktu ekspedisi ke dataran tinggi Ijen, di Jawa Timur.
Jelas, perlengkapan pribadi masing masing menyesuaikan dengan kebutuhan. Dua-tiga stel pakaian, jaket tebal untuk menghangatkan, sarung dan sajadah untuk ibadah, serta peralatan mandi untuk menjaga kebugaran jasmani. Selain peralatan pribadi, ada pula peralatan bersama yang kami bawa antara lain peralatan masak, kompor portable dengan parafin, mie instan, minuman sachet instan, dan obat-obatan sederhana seperti minyak kayu putih dan obat masuk angin.
Dengan sepeda motor kami melaju. Jogja-Magelang tak ada aral melintang, hmmm sebenarnya ada dikit, Topan kebelet B.A.B jadi musti cari POM bensin terdekat guna meluluhkan hasrat, hahahahaha. Berhubung masih pagi, lalu lintas sangat sepi. Nyaman dan bikin hepi. Cuma kira-kira 45 menitan kami sudah melewati Magelang, rute berikutnya adalah melewati pegunungan anggun Temanggung-Wonosobo.
Udara bersih dan eloknya pemandangan membuat kami terhenti untuk istirahat makan dan tak lupa foto-foto. Hijaunya kebun teh di pegunungan Sindoro Sumbing memang bikin mata segar . harmonisasi antara alam dan manusia yang masih cukup terjaga dapat terlihat dari atmosfir suasana yang memesona, membuat dada begitu lega.. Puas menikmati mahakarya ciptahan tuhan, kami pun melanjutkan perjalanan. Dari Wonosobo rute terakhir adalah Dieng.
Jalan Berliku dan terjal dapat terbayar mahal, masih oleh pemandangan yang memukau tiada henti. Dan kami berhenti, lagi lagi untuk foto foto hehehehe. ketemu bule bule cantik, asal Ausi kalo gak salah hihhihii...
Total waktu perjalanan kira kira 2,5 jam. Kami sampai pada hamparan pegunungan aktif, dataran tinggi Dieng. Bagaikan tempat tersembunyi, Dieng bersemanyam. Tak ayal, memang dieng dikelilingi oleh bukit bukit dan gunung aktif yang menakjubkan. Lahan subur, sumber air yang memadai, masyarakat yang ramah, tradisi yang dipertahankan... hmmm, benar benar berkesan. Cocok banget kalo di bangun pangkalan militer, pastinya ngalah ngalahin Pentagon. Karena tempatnya yang tersembunyi tadi.. ujar ku pada Bob.
Dieng tarnyata jauh dari bayanganku, tak seperti dataran tinggi Ijen di Jawa Timur, Dieng jauh lebih bersahabat untuk wisata santai. Tersedia banyak penginapan dan tempat makan dan Lokasi wisata yang beragam dalam satu areal yang mudah sekali dijangkau. Dengan sekali beli tiket masuk terusan yang hanya berharga IDR 12.000 kita bisa mengunjungi empat tempat wisata yaitu, Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Telaga Warna dan Pengilon, dan Dieng Plateau Theater. Belum lagi tempat tempat menawan yang tak perlu tiket masuk untuk menikmatinya, Gratui !
Bicara mengenai fasilitas wisata terkait tempat menginap dan makan, gak usah khawatir.. Dieng cukup variatif. Waktu di Dieng kami menginap di losmen Bu Jono. Satu kamar dua bed, dan kami isi dengan empat orang, harganya cuma IDR 75.000 murah bukan hehehehe. Kami nya aja yang maksa berhemat hehehehe. Warung makan menjual beragam kebutuhan isi perut, dari nasi dengan beragam lauk pauk, soto, sampai olahan mie alias mie instan hehehehe. harganya mulai IDR 5.000
Satu hal mungkin yang harus diwaspadai bagi yang nggak bisa lepas dari alat komunikasi yang bernama Handphone, cuma ada sinyal Telkomsel disana. Jadi pengguna Indosat atau XL, maap maap aja ya kalo gigit jari, hehehehe. Yah namanya juga liburan masak masih aja disibukkan dengan yang namanya urusan kuliah, kantor atau pekerjaan.. santai sejenak gapapa kan? hehehehe
Setibanya disana, seperti yang kututurkan sebelumnya, kami menginap di losmen Bu Jono. Tempatnya nyaman kok, bersih juga dan yang pasti terhindar dari panas dan dingin hehehe. Dengan harga segitu yah jangan ngarep fasilitas macam macam. Setelah mengisi amunisi, alias makan, kami mulai eksplorasi. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Candi Arjuna. Seperti candi kebanyakan, Candi Arjuna juga terbuat dari batu.. ya iyalah, masak dari coklat, ntar jadi cerita putri salju hahahaha.. Candi Arjuna adalah candinya masyarakat hindu. Sepertinya masih digunakan, terlihat adanya beberapa candi yang ada sesaji di dalamnya.. hmmm. Setelah ke Candi Arjuna, kami ke Kawah Sikidang. Hmmm, sembur semburan air panas bercampur belerang bergolak, dan kami hanya 1/2 meter dari lokasi tersebut. pagar pembatas yang cuma dari bambu pun tak kami hiraukan. Memandang gelembung gelembung air panas yang bercampur gas belerang, menusuk hidung, memang tak lebih parah seperti di dataran tinggi Ijen, dimana belerang langsung keluar dari perut bumi.. kebayang rasanya mau mati..
Lalu setelah begah menghirup asap belerang kami pun bersantai sejenak.. menikmati gorengan panas dan teh hangat di dekat lokasi kawah... hmmm yummy. Lalu ada yang bercerita, kalo dulu ada yang kecebur di kawah itu dan menghilang... hiiii serem banget. Lagi, tak lupa kami berfoto hehehehehe...
Setelah bersepakat, kunjungan wisata selanjutnya adalah Dieng Theater. Seperti namanya, disini kita diperlihatkan tayangan mengenai asal muasal Dieng dan alam Dieng dengan segala potensinya, yang berdurasi sekitar 20 menit.. Diceritakanlah bahwa Dieng itu asal katanya adala Dhi-Yang yang berarti tempat bersemayam para dewa, pantesan indah dan tenang banget. Dulu Dieng adalah letusan dari gunung apa gitu, lupa hehehehe. Ada banyak sumber gas alam di Dieng, sampe sampe ada pembangkit listrik tenaga UAP hebat bukan. Menurut penuturan bapak bapak losmen Bu Jono tempat kami menginap, energi ini tak akan habis, atau kalo pun habis bakal lama sekali. Dengan pengelolaan yang baik, maka energi ini dapat memakmurkan rakyat Dieng selama mungkin. Tidak semua sumber gas alam dapat dikunjungi oleh manusia, karena kandungan dari zat zat tertentu yang sangat beracun da mematikan. Sampe sampe pernah ada tregedi, ratusan warga meninggal karena gas beracun beberapa tahun silam. Wah berbahaya. dan cerita cerita keindahan alam Dieng lainnya.
Setelah santai nonton hari sudah lumayan sore. Sebelum pulang ke losmen, kami menemukan tempat santai yang apik untuk foto foto hehehehe.
Malam di Dieng dingin, sapa yang tahan mandi, akhirnya kami cuma cuci muka dan sikat gigi hihihihiii. Berdasarkan asas penghematan, kami masak mie, dengan kompor parafin yang kami bawa. jadilah kamar 4x3 kami jadikan sekaligus dapur bersama hahahaha. Rasanya setelah kenyang dan badan hangat dengan kopi nikmat jadi mau buru buru tidur, tapi sayang sekali kalau liburan ditempat jauh kalo cuma dihabiskan dengan tidur. Kami bersantai dibalkon losmen. Ngobrol ngobrol dengan bapak bapak karyawan PLTU, ngobrol apa saja tentang pengalamannya selama di Dieng. Dari masalah logis hingga masalah mistis huuuu... hehehehe. Kami juga berkenalan dengan beberapa pengunjung losmen yang ternyata sama sama dari Jogja. Malam semakin larut saat kami asik saling bercerita. Sesaat sebelum kami undur diri, mas Joko, kalo gaksalah nama, adalah seorang pemandu wisata, menawarkan untuk ke bukit Sukunir pagi pagi sekali untuk melihat sunrise.. berhubung dia mau nemenin pasangan turis asing yang sedang jalan jalan jadi diajaknya kami turut serta sekalian, tanpa ragu kami pun mengiyakan. Lalu beberapa saat kami hayut terlelap menunggu fajar muncul di timur senja.. (1)

Minggu, 06 September 2009

Tribute to Dhipta & Dema " The Journey" (2)


Pemotretan sesi pertama dibelakang kuburan yang (cukup) menguras keringat karena harus gondol gondol sepeda onthel meniti jalan sawah dan rimbunnya pepohonan bambu tidak mengurangi kesenangan ku di ponorogo.

Ponorogo adalah kota kecil yang bagi ku sungguh mengesankan. Salah satunya karena budaya "ngopi" yang tiada habisnya, dari pagi.. Ketemu pagi lagi.. Mengagumkan bukan? Hehehe

Hmmm begini maksudku. Di kota kecil ini, masarakatnya dari muda ampe tua, sangat senang ngopi di warung kopi tentunya. Sangat mudah ditemui warung kopi di ponorogo. Bangunannya sederhana, bahkan kalo kita orang baru, yang baru pertama kali melihatnya terkesan jelek, asal asalan, ukuran warungnya tak besar, paling paling 3x5 meter, kursinya reot, gelasnya sompel, menunya cuma kopi.. Untung untungan kalo ada gorengan dan rokok. Kalo penuh, mesti lesehan diluar.. Atau dimana saja suka. Tidak istimewa bukan? Hmm lalu, what is the special of the warkop? Atau budaya ngopi tersebut? Kopinya kah? Hmmmm no no no...

Kalo menurut ku... Kalo kopi mah, selera ya, yang dalam kamus perutku cuma ada kata enak dan enak banget (terkecuali tahu petis hihihihi), kopi di ponorogo standar lah.. Yang buat istimewa adalah person who is yang sedang ngopi and the obrolan warung kopi yang tiada jenuh jenuhnya... Hahahaha...

Hmmm lagi lagi perlu kujelaskan lebih rinci, begini maksudku. Sekarang aku tanya kalian, anggap saja kalian suka ngopi ya.. Berapa lama kalian menghabiskan kopi kalian? 10 menit? 20 menit atau 30 menit paling lama? Hmmm lalu sama siapa kalian ngopi? Teman? Pacar? Atau sendirian.. Bagi mereka diponorogo begini jawabnya..

Mereka bisa ngopi dari warung kopi buka alias dari pagi sampe menjelang lohor.. Berapa gelas kopi yang mereka habiskan untuk waktu selama itu? 1 (satu) gelas saja ! Bahkan mereka baru pulang ketika akan boker saja, atau mendadak ada panggilan tugas atau job dadakan...

Belum cukup menjawab.. Lalu apakah begitu saja? Nggak dong.. Abis boker atau ada tugas dadakan, tetep... Balik lagi ke warung kopi... Bahkan sebelum tidur, ada baiknya ngopi dulu hingga warung tutup atau tunggu di usir penjaga warungnya mantab kan! Hahahahaha..

Menjawab pertanyaan ke dua, mereka ngopi sama teman kantor, teman bengkel, teman main togel, teman baru, bapak pejabat, anak pejabat, anak tukang, pelajar, dan aktivis ngopi lainnya dan aktivitasnya cuma ngobrol.... Bayangkan ! Ngobrol apa mereka selama itu, dan setiap hari? Hahahahaha

Apakah kalian sudah mulai menemukan keiistimewaannya?

Hmmmm.... Terus terang ini fenomena.. Hmmm sedikit studi komparatif (sok ilmiah) di tempatku juga ada fenomena yang semacam ini, tapi kayaknya gak maniak ekstrim mampus kayak gini.. (hmmm hop hop hop... Waduh sayang banget aku nggak nemu foto ku yang lagi ngopi di ponorogo.. Jadi belum bisa berbagi gambar... so, aku kasi liat foto lainnya yang menyangkut kunjungan ku di ponorogo aja yah hehehehe maaph)

Hmmm jadi panjang lebar menceritakan budaya ngopi deh hehehe... beberapa tempat ngopi asik di ponorogo yang aku sarankan adalah, di pasar (lupa nama pasarnya) kalo siang hari. Kalo malamnya di deket alun alun atau di jalan baru sambil makan pecel sama kalo mau cuci mata, soalnya penjaja warung kopinya adalah anak anak cewek SMA yang masih lugu lugu sekaligus centil kalo ngeliat cowok cakep dikit hu, parah (siapa yang parah?) hahahahaha.

Ponorogo, sudah beberapa kali aku kunjungi. Saat pertama adalah ketika berlangsung festival reog nasional tahun 2007 bulan sura.. Kira kira bulan januari. Hunting foto bersama teman teman ku dari LPM Himmah UII. Kunjungan berikut dan berikutnya masih dalam rangkaian hunting foto. Memang banyak hal menarik yang dapat diabadikan disana.

Selain kopi, makanan di ponorogo juga maknyus maknyus dan tergolong murah. Yang khas adalah sate ayam ponorogo, lalu ada nasi pecel, dan satu lagi yang nggak terlewatkan adalah balungan, alias tulang sapi rebus segede gambreng yang dimakan pake dua tangan sambil di hisap srrruuuup dengan kuah kental… hmmmm yummy, dijamin pasti bikin program diet jadi berantakan hahahahaha.

Haaah, lebih kurang begitulah hari hari kulewatkan di ponorogo. Bersiap untuk sesi pemotretan selanjutnya dipacitan, yang pasti lebih seru. Karena ada tambahan dua orang fotografer yaitu Aik dan Opin. Tunggu kisahnya

Nb: budaya ngopi di ponorogo memang sangat kental, sekental kopi hitamnya, namun tidak semua orang diponorogo menghabiskan hidupnya di temaram warung kopi. Yang ibu ibu tetap di dapur, anak anak tetap sekolah, pemudanya tetap kerja (bagi yang kerja), dan bapak bapak tetep ngantor (bagi yang ngantor). Kalo nggak ada, cari aja di warung kopi. Pasti nemu hahahahaha.

Rabu, 02 September 2009

Tribute to Dhipta & Dema " The Journey" (1)

Jogja-Ponorogo-Pacitan-Jogja huiiii... rute pemotretan yang panjang. Capek, seru, menyenangkan. sesi pemotratan prewedding pertama, terpanjang, dan terlama dalam dalam karir fotografi ku. dari sesi kuburan, sampe sesi pantai, juga sesi indoor. huaaaaa manta(b).

Sesi #1, 22 Juni 2009
Lokasinya di Ponorogo. Siang harinya aku sama dhipta jalan jalan ketempat lokasi pemotratan. kata Babe-sapaan akrab Dhipta- lokasinya deket rumah mbahnya, kira kira 15 km luar pinggiran kota ponorogo. Ditengah jalan Babe bercerita, tentang keindahan tempat pemotretan yang akan kami tuju.
Disana tuh ada jalan tanah.. kira kira selebar dua motor yang disampingnya ditumbuhi bambu sepanjang jalannya ki... ada sungai kecil juga tutur lumayanlah buat pemotretan. ntar properti pemotratannya bisa pake sepeda onthel kakakku. tutur Babe saat diperjalanan.
wah pasti bakalan keren nih, pikirku. lalu sepanjang perjalanan kami berdiskusi tentang rencana pemotretan sore harinya. pembicaraan kami juga tidak monoton tentang pemotretan hari itu, tapi juga rencana pemotretan seminggu !
Ngalur ngidul kami membicarakan konsep pemotratan, akhirnya tiba juga di lokasi pemotretan yang diceritakan babe.

memang tak jauh berbeda seperti yang diceritakan babe, tapiii...
"hmmm be, ini lokasinya ya? hhmm koq agak rimbun ya?" hmmm iya juga ya ki, perasaan beberapa bulan yang lalu aku kesini belum serimbun ini hehehehehe. kayaknya agak gelap ni kalo pemotretan disini, gak dapet cahaya yang baik. ini kalo ditambahin efek smoke kayak kata kamu bukan jadi lokasi pemotretan lagi ki, tapi lokasi s
yuting "uka uka" hahahahahaha, timpal Babe.
"aku sih pengennya bambunya terlihat batangnya gitu be.. biar bisa main komposisi hehehe. trus ada shadow dari daun daunya untuk tekstur backgroundnya hehehehe, okelah, kita coba aja be.."
setelah itu kami menuju rumah kakaknya babe yang berlokasi tidak jauh dari lokasi pemotretan untuk melihat sepeda yang dijanjikan babe. memang betul, betul betul klasik dan orisinil.. setelah sebentar bercakap cakap dengan kakaknya babe kami pun undur diri.
Dalam perjalanan pulang, sepertinya aku dan babe satu rasa tentang lokasi pemo
tretan yang tadi kami lihat, yaitu kurang sreg. sepanjang perjalanan pulang, aku dan babe clingak clinguk kiri kanan sapa tau aja nemu lokasi pemotretan alternatif..
Belum seberapa jauh babe memperlambat laju scorpionya., lalu masuk ke sebuah tempat dan ternyata tempat itu adalah kuburan...
"weh, be.. ngapain kesini? mau ziarah kah?" rupa rup
anya babe punya insting yang kuat. ada tempat bagus disini ki, kata babe. kami pun mulai eksplorasi tempat yang menjadi insting babe tersebut, yang tak lain dan tak bukan adalah KUBURAN..
hmm.. beberapa saat kami melihat kondisi lokasi, lalu mata kami tertuju pada satu tempat (dibelakang kuburan) yang kayaknya bagus. lalu kami berjalan menyusuri jalan setapak melewati dahan dahan bambu dan pematang sawah yang renyah menguning, hmmm sedap. dan Viola ! sampailah kami pada lokasi, yang menurut kami tempat yang cocok banget buat pemotretan..
Rumusnya adalah gabungan antara langit biru, saw
ah yang menguning, cahaya matahari yang menerobos celah celah bambu, dan didukung oleh properti sepeda onthel klasiknya babe hasilnya sama dengan Keren ! hehehehehe.
Setelah eksplorasi beberapa saat kami pun bergegas pulang, guna mempersiapkan tenaga dan wardrobe, tentunya aku juga mempersiapkan alat perang yaitu berupa kamera. Canon 30 d dan 1000 d, lensa kit, Flash, reflektor dan sebagainya. oh iya, babe juga meminta bantuan Amed sebagai reflektor men, alias sahabat yang membantu megangin reflektor.
Dema (calon penganti
nya babe) menyiapkan 2 wardrobe yaitu, kebaya dan pakaian sehari hari atau kebaya tradisonal. babe juga, yaitu batik dan pakaian resmi warok (pakaian adat ponorogo).
properti segera di siapkan dan dimasukkan kedalam mobil, setelah itu aku, babe, dan dema menjemput amed lalu meluncur ke lokasi pemotretan yang telah kami tentukan. alhamdulilah proses perjalanan tanpa halangan, sepeda onthel pu
n muat masuk kedalam mobil, dengan bantuan amed, dibelakang yang megangin sepeda, amed begitu kuat dan hebat.. hehehe.
Sampai di lokasi, tak buang buang waktu, aku pun langsung membidik angel angel menarik yang bakal dijadikan latar pemotratan. kolaborasi antara aku dan amed tak sia sia. amed sebagai reflektor man dapat bekerja sama dengan baik, ditambah dengan modelnya yaitu babe dan dema yang cukup fotogenik sehingga aku kerap lupa mengarahkan gaya, dan lagi memang aku tak pandai mengarahkan gaya, dasar wartawan jalana
n taunya cuma motret demo.. sekalinya motret model jadi agak canggung hehehehe. tapi tidak juga jadi kendala.
Pemotretan tetap berjalan dan mangasikkan. cuaca yang bersahabat saat itu jadi menambah semangat memotret. pemotratan pertama begitu seru.. onthel yang jadi properti utama diangkut sana angkut sini padahal tidak mudah untuk sering sering memindahkan sepeda di lokasi persawahan hahaha. jangankan itu, untuk membawa sang onthel ke lokasi pemotretan saja sudah bercucuran keringat, mengingat medannya adalah jalan pematang, rimbunnya bambu, dan yang pasti KUBURAN, coba saja kalau berani
melangkahinya dengan sepeda, bisa disumpahin beser tujuh turunan hahahahaha (astargfirllah, becanda ding). semua itu berkat bantuan amed pula... amed memang hebat hehehehe.
Hampir lupa waktu, mataharipun terus turun padahal baru satu kostum.. segera berganti kostum kedua, dan pemotratan kembali berlangsung. seperti yang direncanakan, kostunya adalah kostum ala ndeso. babe pake kostum warok, dan dema pake kostum kebaya tradisional. walaupun mentari hampir menuju horizon
tapi amed tetap semangat memegang reflektor. babe dan dema pun tak bosan bergaya, jadi tak ada kata lelah.. hingga akhirnya kami kalah, kalah oleh cahaya matahari yang mulai meredup, dan tak mungkin melanjutkan pemotretan. selain itu, lagi lagi kami haris pelang melewati KUBURAN !.. khawatir, kali kali ada yang nyeletuk: mas-mas udah magrib... pulang dulu.. hiiiii serem amat hahahahahaha... dan sesi pemotretan berakhir sesaat sebelum adzan magrib berkumandang... onthel pun masuk kandang, masuk mobil maksudnya.. hehehehe.
haaaahhh, leganya sesi pertama udah selesai, dan semua pun bergembira... termasuk kuburannya... gak diganggu, berhubung udah ganti shif.. mau keluar jalan jalan huaaaaaaaa, tambah serem aja.. KABURRRRRRR hahahahahaha
haha.
(bersambung, sesi selanjutnya.
.. hehehehe)
Thanks banget buat amed... the reflector man hehehehehe... semangat bro ! :)

Selasa, 01 September 2009

"...first time"

bismillah... wah, baru bikin blog.. masih harus belajar banyak tentang pemanfaatan content nya.. hehehe
berhubung dah agak ngantuk, tidur dulu aja ah.. shalat dulu, trus ntar juga mau sahur.
sahur sahur.. :)