Senin, 14 November 2011

Perjalanan Menuju Bromo : Bagian V


Sayang sungguh sayang. Ada saja tangantangan jahil yang merusak keindahan pemandangan alam ini. Dibeberapa tempat ada saja tumpukan sampah plastik dan kaleng. kiranya sampah itu adalah bekas para pengunjung yang bermalam atau mendirikan tenda karena ada bekas kayu bakar juga. Selain itu adapula corat coret dinding yang menerangkan nama pribadi atau kelompok dan sebagainya dengan cat semprot. Memilukan. 
Mudah menemukan warung-warung makan, aneka souvenir,
dan penyewaan jaket, terpong atau alat pemotretan
di sekitar Penanjakan

Kira-kira pukul tujuh pagi kami meninggalkan Penanjakan. Setelah memotret keindahan gunung-gunung itu pada beberapa spot. Namun sebelum itu kami sempatkat menikmati semangkok bakso dulu. Ini adalah kali ke dua aku makan bakso di bromo. Yang pertama adalah tahun 2008. Mengapa peristiwa ini penting aku ceritakan. semata-mata hanya untuk menceritakan kekonyolan kunjungan pertama ku. Bisa di bayangkan, ke Bromo hanya untuk makan bakso.Lalu setelah itu pulang? tanpamatahari terbit, tanpa melihat kawah bromo, tanpa naik kuda, hanya makan bakso. Mengagumkan.
Menuruni Penanjakan menuju lautan pasir. Masih disuguhi pemandangan yang indah. Kami sempatkan sebentar untuk berfoto. Melanjutkan perjalanan menurun mesti waspada. Jalan tidak begitu bagus. Berbatu, aspal berlubang, bahkan ada satu ruas jalan yang patah karena longsor. Langsung menuju jurang. 
Perpaduan: Sumber daya alam yang
begitu potensial, sayang jika tercemari
Di kawasan Tengger bisa dibilang semua kehidupan masih bersinergi dengan alam. Menurut data Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, kawasan ini memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus). Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini. Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap, burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo. 
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian± 2.100 meter dari permukaan laut. 
Berkuda: Selain mobil mobil-mobil

dengan 4WD, berkuda juga merupakan 
salah satu sarana transportasi favorit
di Tengger
Dalam perjalan kami juga menemukan salah satu dari hewan langka ini. "Wah, elang be !" kata ku "mana ki?" "wah elang jawa" tambah Babe, sapaan akrab Dhipta. "Eagle ! besar ya be, ayo difoto Be" dan kami bergegas mengambil lensa tele dari dalam tas. setelah terpasang langsung kami arahkan kamera pada sudut yang tadi kami lihat. tapi. "mana ya be?" "terbang kali ya" "ilang ya ki?" celetuk babe. "eh itu dia be, turun ke dahan yang dibawahnya, tapi..." "kayaknya..." "monyet...!" seru dhipta. "ketek (jawa: monyet) be, udu eagle ! huahahahahahaha" Selain mengbadikan keindahan alam Tengger dengan kamera, sedari awal kami juga mangabadikan momen perjalanan kami dengan camera video. Sesampainya dilautan pasir kembali kami berhenti untuk mengambil rekaman gambar. Sebelum memulai perjalanan kembali, tiba tiba dhipta teringat sebuah kekhilafan. Dhipta yang menjadi juru kamera merasa ada yang kurang. Dhipta kehilangan sebuah converter lensa wide Karena medan yang sulit, maka kami putuskan untuk meneruskan perjalanan. Kami melewati lautan pasir. 
Kali pertama bagiku. Melintasi padang pasir dengan sepeda motor. Mengasikkan. Dhipta sempat terjatuh. Pasir agaknya tak cocok untuk ban jalan raya. lens-nya yang biasa bersanding dengan camera videonya. Setelah beberapa saat teringat ternyata barang tersebut terjatuh saat kami melihat monyet tadi. sungguh terlalu. Karena medan yang sulit, maka kami putuskan untuk meneruskan perjalanan. Kami melewati lautan pasir. Kali pertama bagiku. Melintasi padang pasir dengan sepeda motor. Mengasikkan. Dhipta sempat terjatuh. Pasir agaknya tak cocok untuk ban jalan raya. Belum lagi ditambah dengan muatan pada motor Dhipta. Box kiri kanan dan tengah. Motor kami pacu lambat. Beberapa kilo kemudian kami tiba di sebuah pura, di kaki gunung Bromo. Banyak wisatawan disana yang datang dengan beragam kendaraan. Kebanyakan Hardtop. Pukul setengah sembilan saat kami tiba. Memarkir kendaraan, dan segera berlalu untuk naik ke Bromo. 
Siap mengantar hingga tujuan: Tak ada salanya anda mencoba jasa kuda-kuda ini tentu akan mendapatkan rasa pendakian yang berbeda
Seorang tourist guide menawarkan jasa untuk mengantarkan kami ke sebuah daerah tempat pemotretan yang bagus. Padang sabana katanya. Tawaran yang menarik dan. Bukan bermaksud menolak. Kami memutuskan untuk naik ke Bromo dulu. Menurut seorang teman yang baru saja kami kenal di Tengger, Amitaba namanya. untuk naik ke Bromo dibutuhkan waktu hanya 50 menit hingga satu jam saja dengan berjalan kaki. Jika naik kuda pasti jauh lebih cepat. Dan tidak begitu lelah tentunya. Namun harus siap merogoh saku Rp 100.000 untuk rute pulang-pergi. Setelah menapaki 250 anak tangga akhirnya kami tiba di bibir kawah gunung Bromo. 
Rute: Inilah rute yang harus di lalui oleh
para pendaki. Jika membawa kendaraan
maka harus di parkir di depan Pura, dan
seterusnya dilanjutkan dengan berjalan
kaki atau naik kuda
Asap belerang segera mencuat. Merasuk hingga kedalam penciuman. Memang tak sekuat pekat asap belerang di kawah Ijen. tapi cukup membuat dada sesak. Hanya ada asap. Tak tampak dasar kawah. Beruntung sesaat setelah itu angin berhembus. Memuaikan asap belerang dari sekitar kawah. Dan tampaklah dasarnya, sehingga kami dapat mengabadikan pemandangan
Kawah gunung Bromo: Garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Pada kawah ini juga Masyarakat suku Tengger melemparkan sesaji yang berupa hasil bumi pada upacara Yadnya Kasada
pemandangan disar kawah. Lelah telah pergi, gambarpun telah kami dapati. Kami menyusur turun. Kemudian beristirahat lagi didekat kami memarkir kendaraan. Menikmati bromo dari kejauhan, secangkir kopi jadi teman. Hangat-hangat Pop Mie yang lalu dihidangkan. Sambil ngobrol, aku dan Dhipta selanjutnya mengatur rencana perjalanan.






Losari : Kebun Kopi yang Tersembunyi


Siang itu langit kelabu. Kabut menggantung, tertiup angin lembah, mengarak tak tentu. Aku menepis gerimis yang menerpa tubuhku tak habis-habis, hingga aku bergegas masuk menuju ruang respsionis. Mata segar memandang hamparan hijau tebentang, harum bunga tambah menyegarkan pikiran dan suasana. Tumbuhan kopi di mana-mana. Diselingi Kelapa, perdu, dan bunga-bunga. Disinilah aku berada. di kebun kopi losari, Ambarawa.
Telah lama aku tahu tentang Losari, baru kali ini aku menginjakkan kaki. Memang tak berlebihan jika majalah yang dulu ku baca, mengagumi asri dan indahnya pemandangan di kebun kopi Losari. Mungkin tidak banyak yang tahu tentang kebun kopi ini, letaknya disembunyikan oleh rimbunnya hutan. Jika ditempuh dari Jogjakarta, maka rute terdekat yang bisa ditempuh adalah melalui Magelang. Setelah itu, mengikuti jalur ke Semarang sekitar 20 km. Setelah itu silakan lihat petunjuk atau tanyakan pada tukang ojek. Alasannya karena para tukang ojek biasa mengantar tamu kesana.
Di lahan seluas kurang lebih 22 ha ini berdiri vila-vila dengan gaya klasik dan resort dengan segala fasilitasnya. Dari dataran 800 mdpl ini juga kita dapat menyaksikan keanggunan gunung-gunung yang menawan seperti gunung Merbabu, Merapi, Andong, Sumbing, dan Sindoro. Selain dapat menikmati keindahan alamnya,
disajikan pula menu makanan dan minuman tradisonal maupun a la barat. Seperti menu kopi khas Losari yang waktu itu aku coba, sungguh nikmat. menu ini dibanderol harga 45.000.
Ada satu kegiatan favorit yang disediakan di kebun kopi Losari, yaitu coffee tour. Kegiatan ini memfasilitasi pengunjung untuk berjalan-jalan menikmati rimbunnya kebun kopi, menyaksikan pengolahan kopi, dan tentu saja menikmati kopinya. Kegiatan ini diadakan setiap hari pada pagi hari dengan biaya tour 150.000 untuk pengunjung domestik.
Kebun kopi yang sekarang dimiliki oleh pengusaha muda, Sadiaga Uno ini, memang layak untuk direkomendasikan. Walaupun layanan dan menunya terasa mahal, namun bisa dibilang sebanding dengan segala suasana dan rasa yang tersajikan. Kebun losari hanya sebagian kecil dari keindahan Indonesia. Pergi bersama teman atau keluarga tuntu akan semakin istimewa.