Sayang sungguh sayang. Ada saja tangantangan jahil yang merusak keindahan pemandangan alam ini. Dibeberapa tempat ada saja tumpukan sampah plastik dan kaleng. kiranya sampah itu adalah bekas para pengunjung yang bermalam atau mendirikan tenda karena ada bekas kayu bakar juga. Selain itu adapula corat coret dinding yang menerangkan nama pribadi atau kelompok dan sebagainya dengan cat semprot. Memilukan.
Mudah menemukan warung-warung makan, aneka souvenir, dan penyewaan jaket, terpong atau alat pemotretan di sekitar Penanjakan |
Kira-kira pukul tujuh pagi kami meninggalkan Penanjakan. Setelah memotret keindahan gunung-gunung itu pada beberapa spot. Namun sebelum itu kami sempatkat menikmati semangkok bakso dulu. Ini adalah kali ke dua aku makan bakso di bromo. Yang pertama adalah tahun 2008. Mengapa peristiwa ini penting aku ceritakan. semata-mata hanya untuk menceritakan kekonyolan kunjungan pertama ku. Bisa di bayangkan, ke Bromo hanya untuk makan bakso.Lalu setelah itu pulang? tanpamatahari terbit, tanpa melihat kawah bromo, tanpa naik kuda, hanya makan bakso. Mengagumkan.
Menuruni Penanjakan menuju lautan pasir. Masih disuguhi pemandangan yang indah. Kami sempatkan sebentar untuk berfoto. Melanjutkan perjalanan menurun mesti waspada. Jalan tidak begitu bagus. Berbatu, aspal berlubang, bahkan ada satu ruas jalan yang patah karena longsor. Langsung menuju jurang.
Perpaduan: Sumber daya alam yang begitu potensial, sayang jika tercemari |
Di kawasan Tengger bisa dibilang semua kehidupan masih bersinergi dengan alam. Menurut data Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, kawasan ini memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus). Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini. Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap, burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian± 2.100 meter dari permukaan laut.
Berkuda: Selain mobil mobil-mobil
dengan 4WD, berkuda juga merupakan
salah satu sarana transportasi favorit
di Tengger
|
Dalam perjalan kami juga menemukan salah satu dari hewan langka ini. "Wah, elang be !" kata ku "mana ki?" "wah elang jawa" tambah Babe, sapaan akrab Dhipta. "Eagle ! besar ya be, ayo difoto Be" dan kami bergegas mengambil lensa tele dari dalam tas. setelah terpasang langsung kami arahkan kamera pada sudut yang tadi kami lihat. tapi. "mana ya be?" "terbang kali ya" "ilang ya ki?" celetuk babe. "eh itu dia be, turun ke dahan yang dibawahnya, tapi..." "kayaknya..." "monyet...!" seru dhipta. "ketek (jawa: monyet) be, udu eagle ! huahahahahahaha" Selain mengbadikan keindahan alam Tengger dengan kamera, sedari awal kami juga mangabadikan momen perjalanan kami dengan camera video. Sesampainya dilautan pasir kembali kami berhenti untuk mengambil rekaman gambar. Sebelum memulai perjalanan kembali, tiba tiba dhipta teringat sebuah kekhilafan. Dhipta yang menjadi juru kamera merasa ada yang kurang. Dhipta kehilangan sebuah converter lensa wide Karena medan yang sulit, maka kami putuskan untuk meneruskan perjalanan. Kami melewati lautan pasir.
Kali pertama bagiku. Melintasi padang pasir dengan sepeda motor. Mengasikkan. Dhipta sempat terjatuh. Pasir agaknya tak cocok untuk ban jalan raya. lens-nya yang biasa bersanding dengan camera videonya. Setelah beberapa saat teringat ternyata barang tersebut terjatuh saat kami melihat monyet tadi. sungguh terlalu. Karena medan yang sulit, maka kami putuskan untuk meneruskan perjalanan. Kami melewati lautan pasir. Kali pertama bagiku. Melintasi padang pasir dengan sepeda motor. Mengasikkan. Dhipta sempat terjatuh. Pasir agaknya tak cocok untuk ban jalan raya. Belum lagi ditambah dengan muatan pada motor Dhipta. Box kiri kanan dan tengah. Motor kami pacu lambat. Beberapa kilo kemudian kami tiba di sebuah pura, di kaki gunung Bromo. Banyak wisatawan disana yang datang dengan beragam kendaraan. Kebanyakan Hardtop. Pukul setengah sembilan saat kami tiba. Memarkir kendaraan, dan segera berlalu untuk naik ke Bromo.
Siap mengantar hingga tujuan: Tak ada salanya anda mencoba jasa kuda-kuda ini tentu akan mendapatkan rasa pendakian yang berbeda |
Seorang tourist guide menawarkan jasa untuk mengantarkan kami ke sebuah daerah tempat pemotretan yang bagus. Padang sabana katanya. Tawaran yang menarik dan. Bukan bermaksud menolak. Kami memutuskan untuk naik ke Bromo dulu. Menurut seorang teman yang baru saja kami kenal di Tengger, Amitaba namanya. untuk naik ke Bromo dibutuhkan waktu hanya 50 menit hingga satu jam saja dengan berjalan kaki. Jika naik kuda pasti jauh lebih cepat. Dan tidak begitu lelah tentunya. Namun harus siap merogoh saku Rp 100.000 untuk rute pulang-pergi. Setelah menapaki 250 anak tangga akhirnya kami tiba di bibir kawah gunung Bromo.
Rute: Inilah rute yang harus di lalui oleh para pendaki. Jika membawa kendaraan maka harus di parkir di depan Pura, dan seterusnya dilanjutkan dengan berjalan kaki atau naik kuda |
Asap belerang segera mencuat. Merasuk hingga kedalam penciuman. Memang tak sekuat pekat asap belerang di kawah Ijen. tapi cukup membuat dada sesak. Hanya ada asap. Tak tampak dasar kawah. Beruntung sesaat setelah itu angin berhembus. Memuaikan asap belerang dari sekitar kawah. Dan tampaklah dasarnya, sehingga kami dapat mengabadikan pemandangan
pemandangan disar kawah. Lelah telah pergi, gambarpun telah kami dapati. Kami menyusur turun. Kemudian beristirahat lagi didekat kami memarkir kendaraan. Menikmati bromo dari kejauhan, secangkir kopi jadi teman. Hangat-hangat Pop Mie yang lalu dihidangkan. Sambil ngobrol, aku dan Dhipta selanjutnya mengatur rencana perjalanan.