Dalam banyak kasus,
ketidakefektifan karyawan dalam bekerja bukan di sebabkan karena permasalahan
yang terjadi di dalam kantor atau tempat bekerja, bukan karena permasalahan
dengan rekan kerja, bukan dengan atasan, bukan dengan sistem pekerjaan, atau
pun dengan beban kerja, melainkan karena permasalahan yang berlatarkan
permasalahan pribadi, dengan sahabat intim, dengan orang tua, dengan suami atau
istri, dengan anak, atau dengan besan, tetangga, yang kesemuanya itu tidak ada
kaitannya dengan pekerjaan. Permasalahan pada ranah ini mungkin rada sulit untuk terdeteksi, karena
sumber permasalahannya tidak terdapat di dalam lingkungan kerja.
Penyelesaiannya pun bisa jadi cukup njlimet,
karena biasanya karyawan tidak ingin terlalu di campuri. Mungkin, anda
sebagai atasan akan dengan mudah mengatakan “ya,
sebaiknya karyawan bersikap professional.. bisa memisahkan antara urusan pekerjaan,
dan masalah pribadi”. Kebanyakan orang berpendapat bahwa otak dan hati
tidak bisa di satukan. Pendapat ini kemudian seolah olah dapat di artikan,
ketika kita sedang bekerja (menggunakan otak) maka tidak akan terpengaruh oleh
permasalahan pribadi yang sedang kita alami (suasana hati). Dan ini artinya,
bekerja dengan professional. Jika demikian, habis perkara, manusia seperti
memiliki tombol switch On/Off untuk
“menyalakan” otak saja saat bekerja, dan kembali “menyalakan” hati ketika usai
bekerja. Ajaibnya, manusia tidak memiliki tombol switch itu, namun sesunggunya bisa bekerja dengan energi yang luar
biasa walau sedang dirundung masalah pribadi. Bagaimana caranya? Dan dari
manakah energi tersebut? jawabannya adalah dari hati.
Baiklah, mungkin
kerutan di dahi anda sekarang menandakan kesan bahwa anda sudah mulai terpikat
untuk meneruskan membaca. Coba anda ingat terakhir kali ketika anda sedang
menghadapi situasi bingung, kecewa, marah, atau kesal terhadap sesuatu. Maka
anda mungkin mondar-mandir tidak karuan, mungkin mengambil barang yang keliru,
lupa terhadap sesuatu, bicara tergopoh-gopoh, koordinasi fisik tidak stabil,
tersandung sesuatu, kepala mulai gatal, mungkin mengeluarkan kata-kata kasar,
atau mungkin juga melakukan tindakan agresif, jantung berdegup kencang,
keringat bercucuran, dan lain sebagainya. Hal ini dapat dipahami bahwa
koordinasi dan arus informasi yang sedang terjadi di dalam otak sedang kacau, sehingga
mengakibatkan terjadinya ketidak karuan pada kondisi fisik anda. Namun, sesaat
kumudian, ketika rasa bingung dan kesal mereda, yang pertama kali anda
elus-elus bukanlah kepala.. melainkan dada, di mana tempat hati berada. Kenapa?
Padalah kita di tuntut untuk professional dalam bekerja (menggunakan kemampuan
otak). Saya ulangi, jawabannya adalah karena enegi hati begitu besar. Nah,
sudah ketemu titik terang bukan. Untuk itu, ketika anda mengetahui bahwa
karyawan anda sedang menghadapi masalah, jangan sentuh otak-nya karena mungkin
anda akan semakin menambah ketidak karuan dalam bekerja, melainkan sentuhlah
hatinya dan rasakan energi-nya. Begitulah caranya.
0 komentar:
Posting Komentar