Senin, 13 Februari 2012

Energi Dari Hati


Dalam banyak kasus, ketidakefektifan karyawan dalam bekerja bukan di sebabkan karena permasalahan yang terjadi di dalam kantor atau tempat bekerja, bukan karena permasalahan dengan rekan kerja, bukan dengan atasan, bukan dengan sistem pekerjaan, atau pun dengan beban kerja, melainkan karena permasalahan yang berlatarkan permasalahan pribadi, dengan sahabat intim, dengan orang tua, dengan suami atau istri, dengan anak, atau dengan besan, tetangga, yang kesemuanya itu tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Permasalahan pada ranah ini mungkin rada sulit untuk terdeteksi, karena sumber permasalahannya tidak terdapat di dalam lingkungan kerja. Penyelesaiannya pun bisa jadi cukup njlimet, karena biasanya karyawan tidak ingin terlalu di campuri. Mungkin, anda sebagai atasan akan dengan mudah mengatakan “ya, sebaiknya karyawan bersikap professional.. bisa memisahkan antara urusan pekerjaan, dan masalah pribadi”. Kebanyakan orang berpendapat bahwa otak dan hati tidak bisa di satukan. Pendapat ini kemudian seolah olah dapat di artikan, ketika kita sedang bekerja (menggunakan otak) maka tidak akan terpengaruh oleh permasalahan pribadi yang sedang kita alami (suasana hati). Dan ini artinya, bekerja dengan professional. Jika demikian, habis perkara, manusia seperti memiliki tombol switch On/Off untuk “menyalakan” otak saja saat bekerja, dan kembali “menyalakan” hati ketika usai bekerja. Ajaibnya, manusia tidak memiliki tombol switch itu, namun sesunggunya bisa bekerja dengan energi yang luar biasa walau sedang dirundung masalah pribadi. Bagaimana caranya? Dan dari manakah energi tersebut? jawabannya adalah dari hati.
Baiklah, mungkin kerutan di dahi anda sekarang menandakan kesan bahwa anda sudah mulai terpikat untuk meneruskan membaca. Coba anda ingat terakhir kali ketika anda sedang menghadapi situasi bingung, kecewa, marah, atau kesal terhadap sesuatu. Maka anda mungkin mondar-mandir tidak karuan, mungkin mengambil barang yang keliru, lupa terhadap sesuatu, bicara tergopoh-gopoh, koordinasi fisik tidak stabil, tersandung sesuatu, kepala mulai gatal, mungkin mengeluarkan kata-kata kasar, atau mungkin juga melakukan tindakan agresif, jantung berdegup kencang, keringat bercucuran, dan lain sebagainya. Hal ini dapat dipahami bahwa koordinasi dan arus informasi yang sedang terjadi di dalam otak sedang kacau, sehingga mengakibatkan terjadinya ketidak karuan pada kondisi fisik anda. Namun, sesaat kumudian, ketika rasa bingung dan kesal mereda, yang pertama kali anda elus-elus bukanlah kepala.. melainkan dada, di mana tempat hati berada. Kenapa? Padalah kita di tuntut untuk professional dalam bekerja (menggunakan kemampuan otak). Saya ulangi, jawabannya adalah karena enegi hati begitu besar. Nah, sudah ketemu titik terang bukan. Untuk itu, ketika anda mengetahui bahwa karyawan anda sedang menghadapi masalah, jangan sentuh otak-nya karena mungkin anda akan semakin menambah ketidak karuan dalam bekerja, melainkan sentuhlah hatinya dan rasakan energi-nya. Begitulah caranya.

0 komentar:

Posting Komentar